Langkah tegas Jokowi melakukan hilirisasi nikel tersebut mampu menciptakan daya tambah ekonomi bagi bangsa dan negara Indonesia. Kebijakan tersebut dapat membuat Indonesia menjadi pemain utama dalam industri nikel. Hal yang sudah dilakukan oleh Jokowi harus didukung secara bersama-sama. Ujar Pengamat Ekonomi Universitas Negeri Surabara (Unesa) Anang Kristyanto, Minggu.
“Program-program Pak Jokowi soal hilirasi nikel harus kita dukung bersama, karena kita tidak ingin menjadi penonton. Kita harus menjadi pemain. Sehingga dapat menciptakan daya tambah ekonomi,” ujar Anang, Minggu.
Lebih lanjut, Anang melihat bahwa setiap kebijakan yang diambil Jokowi telah diperhitungkan dengan sangat matang, sehingga dapat menghasilkan keputusan yang bermanfaat bagi masyarakat.
Saat menggagas kebijakan, Jokowi selalu berpaku pada hasil analisa dan masukan dari seluruh stakeholder yang ahli di bidangnya. Langkah Jokowi tersebut pun diakui berhasil membawa perekonomian nasional tetap stabil hingga saat ini.
“Kebijakan Pak Jokowi saya kira semuanya tepat karena itu juga dipertimbangkan pada hasil analisis dan masukan dari seluruh stakeholder,” ucap Anang memungkasi
Sebelumnya, Joko Widodo memastikan Indonesia akan mensuplai nikel, bauksit, timah hingga tembaga untuk kebutuhan dunia. Namun, kata dia, bahan-bahan tersebut akan dikirim dalam bentuk jadi atau setengah jadi.
"Kami kaya akan nikel, bauksit, timah, dan tembaga. Kami memastikan akan mensuplai cukup bahan-bahan tersebut untuk kebutuhan dunia," kata Jokowi saat menyampaikan pidato dalam Peresmian Pembukaan B20 Inception Meeting secara virtual, Kamis.
"Namun bukan dalam bentuk bahan mentah, tetapi dalam bentuk barang jadi atau setengah jadi yang bernilai tambah tinggi," sambungnya.
Menurut dia, hilirisasi nikel yang dilakukan Indonesia sejak 2015 telah memberikan dampak positif untuk masyarakat dan negara. Mulai dari terciptanya lapangan pekerjaan dan berdampak positif pada ekspor maupun neraca perdagangan Indonesia.
Jokowi menyampaikan nilai ekspor Indonesia mencapai USD 230 miliar, dimana peningkatan terbesar berasal dari besi baja. Nilai ekspor besi baja Indonesia mencapai USD 20,9 miliar pada 2021, meningkat dari sebelumnya yang hanya USD 1,1 miliar di 2014.
"Tahun 2022 ini saya kira bisa mencapai USD 28 hingga USD 30 miliar," ucapnya.
0 comments:
Posting Komentar