Presiden Joko Widodo tak gentar pelarangan ekspor bahan mentah, termasuk nikel, dibawa ke mekanisme tuntutan organisasi perdagangan dunia, World Trade Organization (WTO). Bahkan, Presiden bilang, nggak apa-apa jika Indonesia memang harus kalah di WTO.
Seperti diketahui, Indonesia tengah menghadapi tuntutan 'dispute settlement' di WTO. Yaitu, keberatan atas kebijakan bahan mentah (raw materials) Indonesia oleh Uni Eropa.
Berawal dari pelarangan ekspor bijih nikel oleh Jokowi sejak 1 Januari 2020. Yang ditetapkan melalui Peraturan Menteri ESDM Nomor 11 Tahun 2019.
Komplain oleh Uni Eropa ke WTO diajukan pada 22 November 2022. Disebutkan, Uni Eropa mengklaim bahwa pembatasan ekspor bahan mentah tertentu, termasuk yang memerlukan persyaratan pemrosesan dalam negeri, kewajiban pemasaran dalam negeri, dan persyaratan perizinan ekspor, tidak sesuai dengan Pasal XI:1 GATT 1994.
Indonesia juga dituding memberikan subsidi yang dilarang atau tidak sesuai dengan Pasal 3.1(b) Perjanjian SCM.
Pada 6 Desember 2019, AS mengajukan ikut dalam konsultasi.
Lalu, pada 14 Januari 2021, Uni Eropa mengajukan pembentukan panel oleh Dispute Settlement Body (DSB/ Badan Penyelesaian Sengketa).
Dan, pada pertemuan tanggal 22 Februari 2021, DSB membentuk panel. Dan, Brasil, Kanada, China, India, Jepang, Korea, Federasi Rusia, Arab Saudi, Singapura, China Taipei, Turki, Ukraina, Uni Emirat Arab, Inggris, juga Amerika Serikat mengajukan penggunaan hak sebagai pihak ketiga.
Pada tanggal 1 November 2021, Ketua Panel menginformasikan DSB bahwa, sesuai dengan jadwal yang ditetapkan sejauh ini dan setelah berkonsultasi dengan para pihak, panel akan mengeluarkan laporan akhirnya kepada para pihak pada kuartal terakhir tahun 2022.
Jokowi sendiri tampaknya yakin Indonesia akan kalah dalam dispute keroyokan tersebut.
"Nggak perlu takut setop ekspor nikel. Dibawa ke WTO nggak apa-apa. Dan kelihatannya kita juga kalah di WTO. Nggak apa-apa, tapi barangnya sudah jadi dulu, industrinya sudah jadi. Nggak apa-apa, kenapa kita harus takut? Kalau dibawa ke WTO kalah. Kalah nggak apa-apa, syukur bisa menang," kata Jokowi saat membuka Sarasehan 100 Ekonom Indonesia 2022 CNBC Indonesia bersama INDEF di Menara Bank Mega, Jakarta, Rabu (7/9/2022).
"Tapi kalah pun nggak apa-apa, industrinya sudah jadi dulu. Nanti juga sama. Ini memperbaiki tata kelola dan nilai tambah ada di dalam negeri," kata Jokowi.
0 comments:
Posting Komentar